Dari Roti ke Bom Panci, Emak Ngompol? .

Dari Roti ke Bom Panci, Emak Ngompol? .

# BUKAN Ngalor Ngidul 21
.
Dari Roti ke Bom Panci, Emak Ngompol?
.

Syahdan, ada seorang emak heran. Katanya, fesbukan sekarang isinya politik melulu. Bahkan akunnya para emak-emak. “Udah deh, emak-emak nggak usah ngomongin politik, di fesbuk politik, instagram politik, grup WA politik, capek deh!” keluhnya.
.

Hmm...mau gimana lagi. Segala fakta kekinian itu emang semuanya berhubungan dengan politik. Karena, politik itu maknanya luas: menyangkut segala urusan rakyat. Bukan sekadar rebutan kekuasaan atau pilkada.
.

Nah, isu-isu itu, semuanya justru sangat-sangat menyentuh dunia emak-emak. Setelah urusan bela Alquran, boikot televisi, boikot roti, sekarang heboh bom panci. Itu semua piranti emak-emak banget. Setuju, nggak Mak?
.

Soal bela Alquran. Emak-emak punya kepentingan. Ingat, dari mulut merekalah pertama-tama anak dikenalkan Alquran. Gara-gara bela Alquran, sekarang emak-emak makin aware dengan ayat-ayat-Nya. Para emak masa kini, cita-citanya mentahfidzkan putra-putri tercinta. Bahkan kalau bisa, mentahfizdkan dirinya. Jadi jelas, Alquran itu, nomor satu di hati emak-emak. Iya, kan, Mak?
.

Soal boikot televisi, hmm...sebenernya nggak usah diajari. Jauh sebelum ada aksi, udah banyak banget emak-emak yang memelopori. Bukan cuma satu channel, semua diboikot malah. Bukan hanya nggak nonton sejam-dua jam, gak punya tivinya malah, hehe....(Bukan nggak mampu beli, ya, kan, Mak? Tapi, lebih keren beli buku buat anak. Beneran, harga buku sekarang seharga televisi, loh!).
.

Iyalah! Hari gini, udah pada sadar, Mak, televisi itu banyak mudhorotnya. Kebanyakan tontonan aurat, kekerasan, kekonyolan, kebodoran, kebodohan, dll. Menyesatkan anak-anak. Cuma ngajari gaya hidup bebas. Nggak ada edukasi blas. Jadi, hari gini, nggak ada televisi nggak kelar idup emak-emak. Malah bagus, kerjaan rumah jadi cepet kelar. Tul, kan, Mak?
.

Terus, soal boikot roti. Gini, Mak. Sebenernya, roti itu cuma produk. Mubah dan halal dimakan, selama bahan baku pembuatannya memang halal. Selama ini, emak-emak udah pasti deket banget dengan dunia roti-rotian. Secara, paling praktis buat bekel anak-anak sekolah, misalnya. Hari gini emak-emak mana sempet bikin kue lepet. Lagian, anaknya juga bakal nggak doyan.
.

Yang bikin emak-emak marah sampai ramai-ramai boikot, bukan karena rotinya nggak enak. Bukan karena nggak butuh roti. Tapi, pola pikir si pemilik perusahaan roti yang nggak enaken. Bikin baper emak-emak. Jadi, nggak beli roti itu dan/atau beralih ke roti lain, sah-sah aja. Orang duit emak-emak sendiri, terserah dong! Ya, kan, Mak?
.

Justru itu menunjukkan the power of emak-emak. Harusnya, manjakanlah mereka sebagai konsumen. Coba, kalo tetiba si empunya pabrik ngumumin “diskon 50 persen bagi yang terima SMS ini” –kayak yang dilakukan si profesor kerudung instan itu tuh-- dijamin, emak-emak langsung jatuh cinta setengah mati deh sama merek ini. Sebaliknya, sekali dibikin sakit, alamat berpaling ke lain hati. Gitu, kan, Mak?
.

Terus, soal bom panci? Nah, saya mau cerita dikit. Beberapa hari lalu, untuk kesekian kalinya saya masak bubur nasi di panci presto. Tahu kan, Mak, panci yang tebel bin berat itu, loh. Ndilalah (kebetulan, bahasa Jawa), itu hari naas buat saya. Bubur saya terjebak dalam presto. Tak bisa dikeluarkan karena tutupnya tak bisa dibuka. Yah, emang selama ini tuh panci udah agak-agak error sih, jadi nggak kaget kalo itu rupanya jadi hari terakhir masa tugas presto saya.
.

Cuma sedih aja. Perut udah keroncongan, penginnya menikmati bubur anget-anget, eh gagal total. Pancinya, musti diikhlaskan buat mamang-mamang loak. Karena, kalau dibuang, kan sayang. Jangan-jangan nanti sampai ke Bantargebang lagi, dipungut si teroris panci hihi...
.

BTW Mak, ngomong-ngomong soal panci, jangan diremehkan. Karena, panci masa kini komponennya cukup bertaji. Seperti presto itu. Materialnya dari stainless steel alias besi tahan karat. Harganya juga di atas rata-rata panci biasa buatan pengrajin tradisional. Lebih dari Rp200 ribuan.
.

Yang lebih mahal dari presto, juga ada. Saya pernah ditawari mbak-mbak sales, sebuah panci yang bisa menghasilkan ayam crispy. Saya menolak halus karena yakin nggak bakal beli. Tapi, katanya dia mau praktik aja, buat laporan ke atasan. Saya cuma diminta nyediain ayam plus telur. Lalu dia praktik cara memasak ayam crispy dengan panci spesial itu.
.

Ya, mumpung dimasakin gratis, saya sediakan aja 1 kg daging ayam hihi.... Anak-anak girang. Menunya jadi ala restoran. Kalau mereka minta dimasakin kayak gitu lagi, ya saya nyerah. La wong harga pancinya juta-jutaan. Kayaknya produk impor, ya, Mak. Bagus banget materialnya. Mungkin dari 'negara maju'.
.

Nah, ngomongin soal 'negara maju', saya pernah diskusi, Mak. Soal industri pertahanan negara berbasis aqidah islam. Hihihi...berat, ya. Nggaklah, Mak. Musti ngerti juga, nih. Ini politik penting yang masih berhubungan dengan panci.
.

Jadi, dalam peradaban negeri Islam, pembangunan sektor perindustrian itu musti berbasis pertahanan negara. Berbasis industri militer. Dalam kondisi aman, pabrik-pabrik mungkin 'cuma' memproduksi panci-panci. Tapi dalam kondisi siaga perang, pabrik-pabrik itu akan disulap jadi industri persenjataan.
.

Makanya, industri peralatan rumah tangga pun, bukan tidak mungkin memanfaatkan bahan baku terbaik. Seperti besi, baja atau tembaga. Sewaktu-waktu, bahan baku itu bisa dialihkan menjadi produk pendukung perang. Seperti pedang, baju besi anti peluru, bahkan meriam.
.

Bukannya mengharapkan perang, Mak. Ntar emak-emak juga yang sengsara. Tapi, sudah sunatullah, di seluruh dunia ini, di setiap zaman, bakal selalu terjadi peperangan. Entah level lokal di suatu negara, regional atau global.
.

Perang itu tak melulu tembak-tembakan. Saling adu kecanggihan senjata dan pamer pabrik-pabrik peralatan militer saja, itu udah perang. Perang dingin. Perang urat saraf. Bikin ciut nyali lawan. Jadi, mungkin nggak sampai berdarah-darah, udah menyerah.
.

Nah, itu pentingnya membangun industri berbasis militer yang kuat. Ibaratnya, buat gertak musuh. Nakut-nakuti, biar keder sebelum bertempur. Ya, namanya juga negara maju, negara kuat, negara adidaya, negara nomor satu. Jadi, industri militernya juga disegani. Ditakuti.
.

Tapi, apa mungkin panci bisa disulap jadi bom? Yang beratnya cuma 3 kg tapi punya daya ledak radius 300 meter? Hahaha....itu sih di meme udah banyak yang njelasin, Mak. Emak-emak kan udah cerdas, nggak mungkin dibohongi sama isu terorisme bom panci.
.

Ah, jadi panjang lebar deh. Intinya Mak, jangan takut ngomongin politik (ngompol). Jangan alergi ngomongin isu terkini. Justru itu kewajiban. Biar tahu, dunia ini tidak sedang baik-baik saja. Jadi tahu cara menyikapinya. Walaupun cuma menyikapi lewat fesbukan, instagraman atau WA-an, dampaknya nggak kalah dahsyat dibanding bom panci! Semangat, ya, Mak!
.

Bogor, 15 Desember 2016
.
Sumber
LIKE & SHARE

0 Response to "Dari Roti ke Bom Panci, Emak Ngompol? ."

Post a Comment